Prodi Sastra Jepang Institut Pendidikan dan Bahasa (IPB) Cirebon saat ini menggunakan kurikulum hasil revisi yang telah sesuai dengan perkembangan industri era baru.
“Bapak Rektor memberikan arahan kepada kami, semua prodi harus bisa menangkap kebutuhan yang ada di masyarakat terutama stakeholder. Kurikulum harus update, dan terus berupaya melakukan inovasi dalam metode pembelajaran,” ujar Kaprodi Sastra Jepang IPB Cirebon Yanti Sensei Hidayati SPd MHum.
Prodi selalu berupaya meningkatkan kompetensi lulusan. Yanti Sensei berharap melalui revisi kurikulum para mahasiswa memiliki soft skill dan hard skill yang bermanfaat dan dibutuhkan di masyarakat.
Ia menambahkan, kurikulum Prodi Sastra Jepang memiliki beberapa mata kuliah unggulan. Selain mata kuliah umum, mata kuliah prodi, dan mata kuliah ciri khas institusi.
Para mahasiswa pada semester 1 hingga 4, mempelajari mata kuliah bahasa Jepang dan komputer. Sementara semester 5 melaksanakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) bertukar. Prodi Sastra Jepang melakukan MBKM di Prodi Sastra Inggris. Pun sebaliknya. Mata kuliah yang dipelajari bersifat adaptif ataupun tekstual.
“Seperti english for broadcasting, english for business dan sebagainya yang sedang berkembang di situasi sekarang. Sementara di Sastra Jepang mempelajari kebudayaan Jepang dan pengenalan dasar bahasa Jepang,” ungkapnya.
Semester 6 kembali ke prodi masing-masing dan belajar mata kuliah keahlian sesuai prodi. Tentunya untuk mempersiapkan ketika mereka lulus nanti. Sastra Jepang, misalnya, banyak yang terserap menjadi penerjemah lisan/tulisan, menjadi guru/dosen, sebagai instruktur lembaga pelatihan kerja dan lainnya.
“Demikianpula semester 7 MBKM lagi. Kampus memberikan pilihan ingin di dalam negeri atau di luar negeri. Dimana bisa memilih magang atau studi independent bersertifikat (MSIB) di bawah naungan Kemendikbud,” jelas Sensei Yanti.
Di semester 8 perkuliahan mata kuliah keahlian dan persiapan untuk menyusun proposal serta skripsi. Serta persiapan Seminar Caruban. Mahasiswa menyampaikan penelitian sederhana sebagai syarat untuk bisa mengikuti sidang skripisi. Selain komputer, ungkap Yanti Sensei, IPB Cirebon memiliki warna mempelajari digital entrepreneur. Mengasah jiwa enterpreneur para mahasiswa yang berbeda dengan mahasiswa kampus lain.
“Sehingga ketika lulus tidak berfokus mencari kerja, tapi menciptakan peluang kerja berbasis digital, tidak lagi secara konvensional, memanfaatkan media sosial dan website,” pungkasnya.
IPB Cirebon menjadi kampus pilihan masyarakat kota Cirebon.